Oleh:Edo Saputra
I.PENDAHULUAN
I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kedelai merupakan tanaman yang
tergolong manja dan penuh dengan resiko.Beberapa karakter tanaman kedelai di
antaranya sebagai berikut;
1.Pertumbuhannya sangat peka terhadap perubahan
lingkungan tumbuh yang disebabkan oleh kondisi iklim.
2.Mulai dari saat pembenihan tanaman sampai kepada
tanaman mendekati panen banyaknya hama yang menyerang tanaman yakni ada sekitar
23 spesies yang potensial.
3.Walaupun hanya sebagai tanaman palawiija yang tidak
banyak membutuhkan air,namun pada waktu stadia awal
tumbuh,pembungaan,pembentukan dan pengisian polong ketersediaan air sangat
dibutuhkan.Apabila mengalami kekeringan maka produkktifitas kedelai dapat
menurun sampai 40 – 65 %.
Kebanyakan petani penanaman kedelai
masih dilakukan asal-asalan saja atau hanya sebagai tanaman kedua dan belum
memperhatikan hal-hal diatas.Akibatnya produktifitas kedelai masih belum bisa
dioptimalkan.Atau produktifitas kedelai yang dihasilkan masih sekitar 1 ton/ha
dan ini masih jauh dari penelitian yang telah dapat menembus angka di atas 1
ton/ha.
Salah
satu cara dalam peningkatan efisiensi penggunaan lahan adalah cara tumpangsari.
Masalah yang dihadapi dalam sistem tumpang sari antara lain adalah adanya
persaingan antara tanaman dalam pengambilan unsur hara, air dan cahaya.
Menurut beberapa peneliti, produksi kedelai akan turun
apabila tanaman tersebut dinaungi. Menurut Herrera dan Harwood (1973),
tumpangsari jagung dengan kedelai tidak mempengaruhi hasil jagung, tetapi hasil
kedelai sangat dipengaruhi; pada populasi jagung 10 000 tanaman tiap hektar
produksi kedelai berkurang 30 persen dan pada populasi 40 000 tanaman tiap
hektar berkurang 60 persen. Hasil penelitian Suyuthi, Pandang dan Bahar (1977),
menun'jukkan bahwa produksi kedelai berkurang jika ditanam bersama-sama jagung
atau 10 hari setelah jagung. Namun demikian produksi total lebih tinggi
daripada tanaman tunggal.
Waktu
tanam mempunyai peranan yang penting dalam sistem tumpangsari, terutama pada
tanaman yang peka terhadap naungan. Untuk mengurangi pengaruh tersebut, waktu
tanam jagung dan kedelai harus diatur agar pada periode kritis dari suatu
pertumbuhan terbadap persaingan dapat ditekan.
Penanaman dengan dengan sistem pola
tumpang sari akan dapat memperkecil resiko kegagalan hasil,memperbesar
frekwensi panen,menambah serta meratakan penyebaran tenaga kerja sepanjang
tahun dan lebih menguntungkan.Hasil setiap hektar dari setiap penanaman dengan
dengan sistem tumpang sari ternyata lebih tinggi dari pada penanaman tunggal
karena rendahnya hasil dari salah Salah satu tanaman dapat dapat
disubstitusikan oleh tanaman lainnya.walaupun hasil dari tiap jenis tanaman
rendah bila ditumpangsarikan,tetapi hasil dari keseluruhan memberikan kompensasi
produk yang lebih baik.
Penanaman secara tumpang sari dapat
meningkatkan hasil dan pendapatan dengan pemilihan tanaman yang
sesuai,penggunaan varietas yang perproduksi tinggi dan menggunakan kerapatan
tanaman yang tepat.Kombinasi yang memeberikan hasil yang baik pada tumpangsari
adalah tanaman dengan mahkota daun berbeda,misalnya jenis tanaman yang rendah
dan jenis tanaman yang tinggi yang memungkinkan distribusi sinar efisien (Atiek
Ariany 1993)
1.2 Tujuan
1.Mengetahui
teknologi produksi kedelai secara monokultur
2.Mengetahui
teknologi produksi jagung secara monokultur
3.Mengetahui
teknologi produksi secara tumpang sari kedelai dan jagung
4.Mengetahui perbedaan hasil yang diperoleh dengan teknologi
monokultur dan seraca tumpang sari
5.Membedakan keuntungan yang diperoleh dengan cara teknologi
budidaya monokultur dan tumpangsari kedelai dan jagung.
II.METODOLOGI PELAKSANAAN
2.1 Alat dan Bahan
yang dibutuhkan
A.Alat yang
dibutuhkan
1.cangkul
2.tugal
3.alat tanam
bermata tiga
4.knapsack sprayer
5.timbangan
6.Meteran panjang
dan pendek
7.tali unutuk
jarak tanam 25 cm dalam barisan
B.Bahan yang
dibutuhkan
1.benih jagung
2.benih kedelai
3.pupuk
Urea,SP36,dan KCl
4.pupuk kandang 5
kg/plot
5.curater
6.rhizogin
7.insektisida
8.fungisida(Dhitane
M45)
9.kantong plastik
dan karung plastik
10.ajir bambu
2.2 Penanaman plot
tumpangsari
1.Plot percobaan ukuran 3 × 3 m seperti tata letak yang sudah
tersedia
2.Garu kembali tanah yang ada pada plot percobaan
3.Berikan pupuk kandang dengan dosis 10 kg/plot campur merata
dengan tanah,campurkan curater dan garu kembali dengan tanah hingga merata
4.Benih kedelai ditanam 2 baris diantaratanaman jagung,jarak
anatara barisan tanaman kedelai dengan barisan tanaman jagung 30 cm.Jarak
kedelai 40 cm,jarak dalam barisan 25 cm.
5.Benih jagung ditanam 1 biji per lubang tanam,benih kedelai
ditanam 2 biji per lubang tanam.
6.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tata letak tanaman
dalam plot tumpangsari pada gambar dibawah ini
I"
Gambar 1 : tata letak tanaman dalam plot percobaan tanaman
dengan pola tumpangsari
Keterangan : X = Barisan kedelai
Y
= Barisan jagung
2.2. Penanaman dengan sistem
monokultur
A.Monokultur kedelai
1. Plot percobaan ukuran 3 × 3 m
yang telah tersedia
2. Garu kembali tanah sehingga
sturtur tanah menjadi gembur
3. Tambahkan pupuk kandang dan tambahkan dengan curater sesuai dengan
dosis anjuran.
4. Lumuri benih dengan rhizogin yang sudah ditambahkan dengan air
5. Benih ditanam 2 biji per lubang tanam dengan jarak tanam 40 × 25 cm
B.Monokultur jagung
1.Plot ukuran 3 × 3 m yang sudah
tersedia
2.Garu kembali plot sehingga
struktur tanah kembali rata
3. Tambahkan pupuk kandang dan tambahkan dengan curater sesuai dengan dosis
anjuran.
4. Benih ditanam 1 biji per lubang tanam dengan jarak tanam 70 × 25 cm
2.3 Pemupukan
1. Dosis dan
pemberian pupuk Urea ,SP36 dan KCl pada tanaman tumpangsari berpedoman kepada
pemupukan tanaman monokultur per hektarnya,kemudian dihitung berapa kebutuhan
masing-masing pupuk per tanaman sesuai dengan populasi per hektar.Untuk lebih
jelasnya kebutuhan pupuk masing-masing tanaman dapat dilihat pada tabel
1.Sedangkan kebutuhan pupuk masing-masing plot berdasarkan jenis jenis dapat
dilihat pada tabel 2
2. Pupuk Urea
dapat diberikan 1/3 dosi waktu tanam dan dosis pupuk SP36 dan pupuk KCl
diberikan seluruhnya pada waktu tanam
3.Pemupukan susulan Urea diberikan setelah tanaman
berumur 3 mst
4. Pupuk
diberikan secra larikan sesuai dengan barisan tanam
No
|
Komoditi
|
Jenis
pupuk
|
Dosis/ha
(kg)
|
Populasi/ha
|
Kebutuhan
tanaman (gr)
|
1
|
Jagung
|
Urea
|
300
|
40.000
|
7,5
|
SP36
|
100
|
2,5
|
|||
KCl
|
50
|
1,25
|
|||
2
|
Kedelai
|
Urea
|
50
|
100.000
|
0,5
|
SP36
|
100
|
1
|
|||
KCl
|
100
|
1
|
Tabel 1
:Kebutuhan pupuk Urea,SP36 dan KCl per tanaman untuk masing-masing pola tanam
tumpang sari dan monokultur
No
|
Pola
tanam
|
Jenis
komoditi
|
Populasi/plot
|
Jumlah pupuk (gr/plot/waktu
pemberian)
|
|||
Urea
|
SP36
|
KCl
|
|||||
0 hst
|
21 hst
|
0 hst
|
21 hst
|
||||
1
|
Tumpang sari
|
Jagung
|
24
|
61
|
120
|
60
|
30
|
Kedelai
|
72
|
12
|
24
|
72
|
72
|
||
2
|
monokultur
|
Jagung
|
60
|
150
|
150
|
75
|
|
kedelai
|
96
|
16
|
96
|
96
|
Tabel 1 :Kebutuhan pupuk Ure,SP36 dan KCl Per plot
pada masing- masing pola tanam tumpang sari dan monokultur (gram)
2.4 Pemeliharaan
a) Penyulaman
Penyulaman
dilakukan setelah tanaman berumur 1 mst unutk benih jagung dan kedelai,baik
pola tanam tumpang sari maupun monokultur.
b)Penyiangan
Penyiangan pertama dilakukan setelah
tanaman berumur 3 mst yang bersamaan dengan pemupukan kedua yaitu pemupukan
susulan Urea.Penyiangan dilakukan setelah tanaman berumur 7 mst.Penyiangan
bertujuan untuk memberihkan/mengendalian gulma yang ada dari pertanaman.
c)Pengendalian
hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit
dilakukan apabila adanya serangan yang dilihat dari tingkat serangan hama yang
terjadi.Pengendalian dilakukan dengan pestisida dengan dosis seminimal mungkin.
2.5 Panen dan
Pasca Panen
A.Jagung
1. Panen
dilakukan apabila tanaman berumur 105 – 110 hari atau memenuhi kriteria
panen.Panen dilakukan dengan cara melepaskan tongkol dari pelepah daun
2. Pasca panen
dilakukan dengan cara mengeringkan jagung pada lantai jemur yang sudah dialasi
dengan tikar sampai kadar airnya KA 14%
B.Kedelai
1.Panen dilakukan
setelah tanaman berumur 90 hst atau memenuhi kriteria panen sesuai
dengan varietas.Secara visual/visik daun sudah menguning/mengering,batang dan
polong sudah sudah bewarna kecoklatan
2. Pasca panen
ilakukan dengan cara memukul brangkasan kering yang ada dalam karung dan
dipisahkan biji dari pollong dan brangkasannya.
2.6 Pengamatan
A.Jagung
1.tinggi tanaman
2.panjang dan lebar daun
3.panjang tongkol
4.diameter tongkol
5.berat 100 biji
6.produksi pipilan kering per plot
7.rendemen hasil
B.Kedelai
1.tinggi tanaman
2.jumlah polong per tanaman
3.jumlah biji per tanaman
4.berat 100 biji
5. berat biji per tanaman
6.produksi per plot
III.HASIL
DAN PEMBAHASAN
Munurut Abdulhay dan Sulaiman (1983)
mengemukan ada beberapa ketentuan dalam menetapkan tanaman untuk
ditumpangsarikan yaitu : a) hindari kombinasi dua atau tiga jenis tanaman yang
kedalaman akarnya relatif sama b) hindari kombinasi tanaman yang memiliki sifat
kebutuhan air yang berbeda dan c) hindari kombinasi tanamn yang memiliki
kepekakan yang sama terhadap suatu hama dan penyakit.
Salah satu keberhasilan dalam pola
pertanaman tumpang sari adalah penentuan jarak tanaman yang tepat antara
tanaman yang dikombinasikan,hal ini akan berpengaruh terhadap persaingan atau
kompetisi dua spesies (baik yang sama atau yang berlainan spesies),dalam
memperbaiki sumber daya alami secara terbatas.
Sistem tumpang sari jagung dan
kedelai/kacang-kacangan merupakan pilihan yang ideal dan banyak diusahakan oleh
petani.Hal ini dapat dilihat oleh petani bahwa tanaman tumpangsari
kacang-kacangan memperlihatkan interpenetrasi perakaran secara maksimum dimana
jenis spesies yang satu mengambil hara tanaman yang dihasilkan/yang disediakan
oleh jenis tanaman lain.
Seperti yang sudah diterangkan oleh
Abdulhay dan Sulaiman ketentuan-ketentuan dalam menetapkan tanaman untuk
ditumpangsarikan salah satunya yaitu hindari kombinasi tanaman yang intensitas
perakarannya relatif sama.Jadi tumpang sari antara tanaman kedelai dan jagung
paling cocok untuk ditumpangsarikan karena intensitas perakaraannya relatif
berbeda.Tanaman kedelai merupakan tanaman dikotilyang bijinya berkeping dua
yang memiliki akar tunggang yang intensitas perakarannya lebih dalam
dibandingkan dengan perakaraan tanaman jagung.Sedangkan tanaman jagung
merupakan tanaman monokotil yang bijinya berkeping satu yang intensitas
perakarannya dangkal (berakar serabut)Sehingga kedua tanaman ini tidak terjadi
persaingan dalam memperebutkan unsur hara.
Ditambah lagi dengan jarak tanam
yang telah ditentukan ketika ditumpangsarikan.Dalam memperebutkan unsur hara
tanaman jagung yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman kedelai yang
memiliki daun panjang yang menyerupai pita,sehingga tanaman kedelai tidak
ternaungi.Sehingga kedua tanaman ini tidak saling memperebutkan cahaya
matahari.
Untuk melihat perbedaan pertumbuhan
antara tanaman yang monokultur dengan yang ditumpangsarikan dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:
A.Pengamatan I
(25 okt 2011)
A).Kedelai
Perlakuan
|
komoditi
|
Parameter
(tinggi tanaman)
Sampel (cm)
|
Parameter
(jumlah cabang)
Sampel (bh)
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
Monokultur
|
Kedelai
|
25
|
23
|
20
|
24
|
-
|
-
|
-
|
-
|
tumpangsari
|
kedelai
|
20
|
22
|
23
|
-
|
-
|
-
|
--
|
-
|
B.Jagung
perlakuan
|
komoditi
|
Tinggi
(cm)
|
Daun
terpanjang (cm)
|
Lebar
daun
(cm)
|
Jumlah
daun
(cm)
|
|||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
Monokul.
|
Jagung
|
39,5
|
74
|
43
|
72
|
26
|
55
|
36
|
44
|
1,67
|
4,2
|
2,87
|
3,67
|
5
|
4
|
3
|
4
|
|
Tumpangs.
|
jagung
|
57
|
73
|
65
|
-
|
44
|
54
|
42
|
-
|
3,3
|
4,17
|
3,13
|
-
|
4
|
5
|
4
|
-
|
B.Pengamatan vegetatif ke II (1 okt 2011)
A.Tanaman kedelai
Perlakuan
|
komoditi
|
Parameter
(tinggi tanaman)
Sampel (cm)
|
Parameter
(jumlah cabang)
Sampel (bh)
|
||||||||||||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||||||||||||||||||||
Monokultur
|
Kedelai
|
36
|
29
|
39
|
41
|
-
|
2
|
1
|
1
|
||||||||||||||||||
Tumpangsari
|
kedelai
|
39
|
31
|
25
|
-
|
1
|
3
|
2
|
-
|
||||||||||||||||||
perlakuan
|
komoditi
|
Tinggi
(cm)
|
Daun
terpanjang (cm)
|
Lebar
daun
(cm)
|
Jumlah
daun
(cm)
|
||||||||||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||||||||||||
Monokul.
|
Jagung
|
78
|
98
|
69
|
100
|
45
|
85
|
59
|
77
|
3,5
|
5,7
|
6,2
|
7,3
|
6
|
5
|
5
|
5
|
||||||||||
Tumpangs.
|
jagung
|
83
|
97
|
99,6
|
-
|
53
|
75
|
65
|
-
|
5,3
|
5,67
|
7,7
|
-
|
6
|
6
|
7
|
-
|
||||||||||
C.Pengamatan vegetatif ke III (8
okt 2011)
A.Pengamatan tanaman kedelai
Perlakuan
|
komoditi
|
Parameter
(tinggi tanaman)
Sampel (cm)
|
Parameter
(jumlah cabang)
Sampel (bh)
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
Monokultur
|
Kedelai
|
47
|
48
|
45
|
50
|
1
|
4
|
2
|
2
|
Tumpangsari
|
kedelai
|
50
|
51
|
60
|
-
|
3
|
5
|
3
|
-
|
B.Pengamatan vegetatif tanaman jagung
Perla-
kuan
|
komoditi
|
Tinggi
(cm)
|
Daun
terpanjang (cm)
|
Lebar
daun
(cm)
|
Jumlah
daun
(cm)
|
|||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
Monokul.
|
Jagung
|
106
|
145
|
121
|
160
|
78
|
93
|
70
|
88
|
7,0
|
8,6
|
9,8
|
10,5
|
7
|
8
|
7
|
7
|
|
Tumpag
sari
|
jagung
|
139
|
144
|
133
|
-
|
90
|
68
|
48
|
-
|
7,9
|
2,9
|
3,4
|
-
|
8
|
7
|
8
|
-
|
2.Pengamatan generatif tanaman
A.Tanaman kedelai
1.Jumlah polong per tanaman
Rata-rata jumlah polong pertanaman
àmonokultur = 96,54
polong per tanaman
àtumpangsari =73,98
polong prt tanaman
2.Jumlah biji per polong
Rata-rata jumlah biji per polong
dari tanaman sampel
àmonokultur =3 biji per
polong
àtumpangsari =2 biji per
polong
3.Berat 100 biji
àmonokultur = 13,18 gr
àtumpangsari =12,46 gr
4.berat biji per tanaman
Ditimbang pada saat kadar air 14%
àmonokultur = 35,586 gr
àtumpangsari =18,19 gr
5.produksi per plot
àmonokultur =
àtumpangsari =
B.pengamatan pertumbuhan generatif
1.Panjang tongkol
Diukur mulai dari pankal sampai
ujung tongkol
àmonokultur =
àtumpangsari =
Diukur dari diameter tongkol yang
bagian tengah yang berukuran besar dari lingkar tongkol
àmonokultur =
àtumpangsari =
3.Berat 100 biji
Ditimbang pada saat kadar air 14%
àmonokultur =
àtumpangsari =
4.produksi pipilan kering per plot
Pipil jagung
secara terpisah,kemudian timbang berat per tanaman dikalikan dengan jumlah
populasi salam satu populasi
àmonokultur =
àtumpangsari =
Pola tanaman merupakan suatu kunci
strategis sebagai usaha meningkatkan produksi pangan,kesempatan kerja dan
pendapatan pada daerah yang langka lahan pertaniannya serta kelebihan tenaga
kerja.Sedangkan yang dimaksut dengan pola tanam adalah suatu sistem petanaman
yang diusahakan diatas sebidang lahan dalam periode waktu tertentu dengan
mengatur jadwal dan pola pertanamannya (crooping pattren),baik semusim ataupun
setahun yang berdasarkan ketersediaan dan distribusi dan kebutuhan air guna
memperoleh hasil yang maksimal.
Jadi pola tanaman dengan
menumpangsarikan tanaman jagung diantara tanaman kedelai juga dapat memperoleh
hasil produksi yang maksimal.Pola tanam tumpangsari memberikan kesempatan
kepada petani untuk mengurangi seriko kegagalan usaha pertaniaanya.jika salah
satu komoditi gagal dalam pembudidayaan,atau atau tanamannya banyak diserang
oleh hama dan penyakit,dapat digantingan oleh tanaman yang diselakan,sehingga
petani tidak merasa terlalu dirugikan.
Berdasarkan dari data pertumbuhan
vegetatif dan generatif kedua tanaman baik perlakuan yang dimonokulturkan
maupun yang ditumpangsarikan.Awalnya dilihat dari perlakuan monokultur tanaman
kedelai,pertumbuhan vegetatif tanaman ini tumbuh dengan baik sedangkan produksi
per plotnya sedikit diatas produksi per plot dari perlakuan tumpangsari.Ini
disebabkan oleh jumlah populasinya yang lebih banyak dibandingkan dengan
populasi tumpang sari.
Sedangkan perlakuan tumpangsari pertumbuhan
vegetatifnya hampir sama dengan perlakuan monokultur.Ini membuktikan bahwa
antara tanaman kedelai dengan tanaman jagung persaingan dalam mendapatkan
ruang/tempat tumbuh serta persaingan dalam memperebutkan unsur hara tidak
terjadi.Mesti masih ada sedikit tanaman kedelai yang pertumbuhannya
ternaungi.Ini disebabkan oleh pada praktek kali ini lokasinya berada di bawah
pohon,serta didampingi oleh perlakuan kelompok lain yang ikut menanam,sehingga
ada beberapa tanaman yang ternaungi.
IV.KESIMPULAN
Penanaman secara tumpang sari dapat
meningkatkan hasil dan pendapatan dengan pemilihan tanaman yang
sesuai,penggunaan varietas yang berproduksi tinggi dan penggunaan kerapatan
tanaman tanaman yang tepat.Kombinasi yang memberikan hasil yang baik pada
sistem tumpang sari adalah tanaman dengan mahkota daun yang berbeda.Misalnya
jenis tanaman yang rendah dan jenis tanaman yang tinggi,yang memungkinkan
distribusi sinar lebiih efisien
Keuntungan dari sistem tumpangsari
adalah
1)Efisien tenaga lebih mudah dicapai karena persiapan
tanam,pengerjaan tanah,pemeliharaan lahan,pemupukan dan panen lebih mudah ditaksir.
2)Banyaknya tanaman per hektar mudah diawasi dengan
mengatur jarak diantara dan didalam barisan.
3)Resiko kegagalan kurang dibandingkan dengan
monokultur
4)Dapat memberikan produksi tertinggi karena
penggunaan lahan dan cahaya lebiiih efisien
Salah satu keberhasilan dalam pola
pertanaman tumpangsari adalah penentuan jarak tanam yang tepat antara tanaman
yang dikombinasikan,hal ini akan berpengaruh terhadappersaingan atu kompetisi
dua tanaman dalam memamfaatkan sumber daya alami secara terbatas.
Sistem tumpangsari jagung dengan
kacang-kacangan merupakan pilihan yang ideal dan banyak diusahan petani.Hal ini
dapat dibuktikan dengan pola tumpangsari dapat memperkecil kegagalan dalam
berusaha.
V.DAFTAR PUSTAKA
Baharsjah,J.1980
Pengaruh
Naungan Pada Berbagai tahap Perkembangan Dan Populasi
Tanaman Terhadap Produksi Dan Hasil Kedelai (Glycine max (L.) Merr.). Tesis Doktor. Fakultas Pasca
Sarjana.Institut Pertanian Bogor.Bogor
Elita,Nelson,dkk.2011
Buku
Kerja Praktek Mahasiswa.politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh.Payakumbuh.69
hal
Suyuti,Z.,M.S.Pandang dan F.Bahar.1977
Pengaruh
Waktu Tanam Jagung Terhadap Populasi Pada Intercropping jagung dengan
kacang-kacangan.Departemen Pertanian.Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian.LPPP.Bogor.5 hal
Syafrifuddin,A.,A.Djauhari,A.Saefuddin dan
J.Lmclnto.1974
Pengaruh
Varietas.Populasi dan Jarak Tanam Jagung Dalam Tumpang Sari dan
Kacang-Kacangan.Laporan Kemajuan Penelitian.Seri Pola Bertanam.74/75
LPPP.Bogor.7 hal