Minggu, 18 Maret 2012

Pola tanamtumpang sari jagung dan kedelai


Oleh:Edo Saputra
I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Kedelai merupakan tanaman yang tergolong manja dan penuh dengan resiko.Beberapa karakter tanaman kedelai di antaranya sebagai berikut;
1.Pertumbuhannya sangat peka terhadap perubahan lingkungan tumbuh yang disebabkan oleh kondisi iklim.
2.Mulai dari saat pembenihan tanaman sampai kepada tanaman mendekati panen banyaknya hama yang menyerang tanaman yakni ada sekitar 23 spesies yang potensial.
3.Walaupun hanya sebagai tanaman palawiija yang tidak banyak membutuhkan air,namun pada waktu stadia awal tumbuh,pembungaan,pembentukan dan pengisian polong ketersediaan air sangat dibutuhkan.Apabila mengalami kekeringan maka produkktifitas kedelai dapat menurun sampai 40 – 65 %.
             
            Kebanyakan petani penanaman kedelai masih dilakukan asal-asalan saja atau hanya sebagai tanaman kedua dan belum memperhatikan hal-hal diatas.Akibatnya produktifitas kedelai masih belum bisa dioptimalkan.Atau produktifitas kedelai yang dihasilkan masih sekitar 1 ton/ha dan ini masih jauh dari penelitian yang telah dapat menembus angka di atas 1 ton/ha.
           
Salah satu cara dalam peningkatan efisiensi penggunaan lahan adalah cara tumpangsari. Masalah yang dihadapi dalam sistem tumpang sari antara lain adalah adanya persaingan antara tanaman dalam pengambilan unsur hara, air dan cahaya.

Menurut beberapa peneliti, produksi kedelai akan turun apabila tanaman tersebut dinaungi. Menurut Herrera dan Harwood (1973), tumpangsari jagung dengan kedelai tidak mempengaruhi hasil jagung, tetapi hasil kedelai sangat dipengaruhi; pada populasi jagung 10 000 tanaman tiap hektar produksi kedelai berkurang 30 persen dan pada populasi 40 000 tanaman tiap hektar berkurang 60 persen. Hasil penelitian Suyuthi, Pandang dan Bahar (1977), menun'jukkan bahwa produksi kedelai berkurang jika ditanam bersama-sama jagung atau 10 hari setelah jagung. Namun demikian produksi total lebih tinggi daripada tanaman tunggal.
Waktu tanam mempunyai peranan yang penting dalam sistem tumpangsari, terutama pada tanaman yang peka terhadap naungan. Untuk mengurangi pengaruh tersebut, waktu tanam jagung dan kedelai harus diatur agar pada periode kritis dari suatu pertumbuhan terbadap persaingan dapat ditekan.
            Penanaman dengan dengan sistem pola tumpang sari akan dapat memperkecil resiko kegagalan hasil,memperbesar frekwensi panen,menambah serta meratakan penyebaran tenaga kerja sepanjang tahun dan lebih menguntungkan.Hasil setiap hektar dari setiap penanaman dengan dengan sistem tumpang sari ternyata lebih tinggi dari pada penanaman tunggal karena rendahnya hasil dari salah Salah satu tanaman dapat dapat disubstitusikan oleh tanaman lainnya.walaupun hasil dari tiap jenis tanaman rendah bila ditumpangsarikan,tetapi hasil dari keseluruhan memberikan kompensasi produk yang lebih baik.
            Penanaman secara tumpang sari dapat meningkatkan hasil dan pendapatan dengan pemilihan tanaman yang sesuai,penggunaan varietas yang perproduksi tinggi dan menggunakan kerapatan tanaman yang tepat.Kombinasi yang memeberikan hasil yang baik pada tumpangsari adalah tanaman dengan mahkota daun berbeda,misalnya jenis tanaman yang rendah dan jenis tanaman yang tinggi yang memungkinkan distribusi sinar efisien (Atiek Ariany 1993)

1.2 Tujuan
1.Mengetahui teknologi produksi kedelai secara monokultur
2.Mengetahui teknologi produksi jagung secara monokultur
3.Mengetahui teknologi produksi secara tumpang sari kedelai dan jagung
4.Mengetahui perbedaan hasil yang diperoleh dengan teknologi monokultur dan seraca tumpang sari
5.Membedakan keuntungan yang diperoleh dengan cara teknologi budidaya monokultur dan tumpangsari kedelai dan jagung.

II.METODOLOGI PELAKSANAAN
2.1 Alat dan Bahan yang dibutuhkan
A.Alat yang dibutuhkan
1.cangkul
2.tugal
3.alat tanam bermata tiga
4.knapsack sprayer
5.timbangan
6.Meteran panjang dan pendek
7.tali unutuk jarak tanam 25 cm dalam barisan

B.Bahan yang dibutuhkan
1.benih jagung
2.benih kedelai
3.pupuk Urea,SP36,dan KCl
4.pupuk kandang 5 kg/plot
5.curater
6.rhizogin
7.insektisida
8.fungisida(Dhitane M45)
9.kantong plastik dan karung plastik
10.ajir bambu

2.2 Penanaman plot tumpangsari
1.Plot percobaan ukuran 3 × 3 m seperti tata letak yang sudah tersedia
2.Garu kembali tanah yang ada pada plot percobaan
3.Berikan pupuk kandang dengan dosis 10 kg/plot campur merata dengan tanah,campurkan curater dan garu kembali dengan tanah hingga merata
4.Benih kedelai ditanam 2 baris diantaratanaman jagung,jarak anatara barisan tanaman kedelai dengan barisan tanaman jagung 30 cm.Jarak kedelai 40 cm,jarak dalam barisan 25 cm.
5.Benih jagung ditanam 1 biji per lubang tanam,benih kedelai ditanam 2 biji per lubang tanam.
6.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tata letak tanaman dalam plot tumpangsari pada gambar dibawah ini
Text Box: X     0     X     X     0     X     X     0      X    X    0    X
X     0     X     X     0     X     X     0      X    X    0    X
X     0     X     X     0     X     X     0      X    X    0    X
X     0     X     X     0     X     X     0      X    X    0    X
X     0     X     X     0     X     X     0      X    X    0    X
X     0     X     X     0     X     X     0      X    X    0    X
X     0     X     X     0     X     X     0      X    X    0    X
X     0     X     X     0     X     X     0      X    X    0    X
 

I"

           




Gambar 1 : tata letak tanaman dalam plot percobaan tanaman dengan pola tumpangsari
Keterangan : X = Barisan kedelai
                     Y  = Barisan jagung

2.2. Penanaman dengan sistem monokultur
A.Monokultur kedelai
1. Plot percobaan ukuran 3 × 3 m yang telah tersedia
2. Garu kembali tanah sehingga sturtur tanah menjadi gembur
3. Tambahkan pupuk kandang dan tambahkan dengan curater sesuai dengan dosis anjuran.
4. Lumuri benih dengan rhizogin yang sudah ditambahkan dengan air
5. Benih ditanam 2 biji per lubang tanam dengan jarak tanam 40 × 25 cm





B.Monokultur jagung
1.Plot ukuran 3 × 3 m yang sudah tersedia
2.Garu kembali plot sehingga struktur tanah kembali rata
3. Tambahkan pupuk kandang dan tambahkan dengan curater sesuai dengan dosis anjuran.
4. Benih ditanam 1 biji per lubang tanam dengan jarak tanam 70 × 25 cm

2.3 Pemupukan
1.  Dosis dan pemberian pupuk Urea ,SP36 dan KCl pada tanaman tumpangsari berpedoman kepada pemupukan tanaman monokultur per hektarnya,kemudian dihitung berapa kebutuhan masing-masing pupuk per tanaman sesuai dengan populasi per hektar.Untuk lebih jelasnya kebutuhan pupuk masing-masing tanaman dapat dilihat pada tabel 1.Sedangkan kebutuhan pupuk masing-masing plot berdasarkan jenis jenis dapat dilihat pada tabel 2
2.  Pupuk Urea dapat diberikan 1/3 dosi waktu tanam dan dosis pupuk SP36 dan pupuk KCl diberikan seluruhnya pada waktu tanam
3.Pemupukan susulan Urea diberikan setelah tanaman berumur 3 mst
4.  Pupuk diberikan secra larikan sesuai dengan barisan tanam
No
Komoditi
Jenis pupuk
Dosis/ha (kg)
Populasi/ha
Kebutuhan tanaman (gr)
1
Jagung
Urea
300
40.000
7,5


SP36
100

2,5


KCl
50

1,25
2
Kedelai
Urea
50
100.000
0,5


SP36
100

1


KCl
100

1
Tabel 1 :Kebutuhan pupuk Urea,SP36 dan KCl per tanaman untuk masing-masing pola tanam tumpang sari dan monokultur





No
Pola tanam
Jenis komoditi
Populasi/plot
Jumlah pupuk (gr/plot/waktu pemberian)
Urea
SP36
KCl
0 hst
21 hst
0 hst
21 hst
1
Tumpang sari
Jagung
24
61
120
60
30
Kedelai
72
12
24
72
72
2
monokultur
Jagung
60
150

150
75
kedelai
96
16

96
96
Tabel 1 :Kebutuhan pupuk Ure,SP36 dan KCl Per plot pada masing- masing pola tanam tumpang sari dan monokultur (gram)

2.4 Pemeliharaan
a) Penyulaman
            Penyulaman dilakukan setelah tanaman berumur 1 mst unutk benih jagung dan kedelai,baik pola tanam tumpang sari maupun monokultur.

b)Penyiangan
            Penyiangan pertama dilakukan setelah tanaman berumur 3 mst yang bersamaan dengan pemupukan kedua yaitu pemupukan susulan Urea.Penyiangan dilakukan setelah tanaman berumur 7 mst.Penyiangan bertujuan untuk memberihkan/mengendalian gulma yang ada dari pertanaman.

c)Pengendalian hama dan penyakit
            Pengendalian hama dan penyakit dilakukan apabila adanya serangan yang dilihat dari tingkat serangan hama yang terjadi.Pengendalian dilakukan dengan pestisida dengan dosis seminimal mungkin.

2.5 Panen dan Pasca Panen
A.Jagung
1.  Panen dilakukan apabila tanaman berumur 105 – 110 hari atau memenuhi kriteria panen.Panen dilakukan dengan cara melepaskan tongkol dari pelepah daun

2.  Pasca panen dilakukan dengan cara mengeringkan jagung pada lantai jemur yang sudah dialasi dengan tikar sampai kadar airnya KA 14%

B.Kedelai
1.Panen dilakukan  setelah tanaman berumur 90 hst atau memenuhi kriteria panen sesuai dengan varietas.Secara visual/visik daun sudah menguning/mengering,batang dan polong sudah sudah bewarna kecoklatan
2.  Pasca panen ilakukan dengan cara memukul brangkasan kering yang ada dalam karung dan dipisahkan biji dari pollong dan brangkasannya.

2.6 Pengamatan
A.Jagung
1.tinggi tanaman
2.panjang dan lebar daun
3.panjang tongkol
4.diameter tongkol
5.berat 100 biji
6.produksi pipilan kering per plot
7.rendemen hasil

B.Kedelai
1.tinggi tanaman
2.jumlah polong per tanaman
3.jumlah biji per tanaman
4.berat 100 biji
5. berat biji per tanaman
6.produksi per plot




III.HASIL DAN PEMBAHASAN
            Munurut Abdulhay dan Sulaiman (1983) mengemukan ada beberapa ketentuan dalam menetapkan tanaman untuk ditumpangsarikan yaitu : a) hindari kombinasi dua atau tiga jenis tanaman yang kedalaman akarnya relatif sama b) hindari kombinasi tanaman yang memiliki sifat kebutuhan air yang berbeda dan c) hindari kombinasi tanamn yang memiliki kepekakan yang sama terhadap suatu hama dan penyakit.
            Salah satu keberhasilan dalam pola pertanaman tumpang sari adalah penentuan jarak tanaman yang tepat antara tanaman yang dikombinasikan,hal ini akan berpengaruh terhadap persaingan atau kompetisi dua spesies (baik yang sama atau yang berlainan spesies),dalam memperbaiki sumber daya alami secara terbatas.
            Sistem tumpang sari jagung dan kedelai/kacang-kacangan merupakan pilihan yang ideal dan banyak diusahakan oleh petani.Hal ini dapat dilihat oleh petani bahwa tanaman tumpangsari kacang-kacangan memperlihatkan interpenetrasi perakaran secara maksimum dimana jenis spesies yang satu mengambil hara tanaman yang dihasilkan/yang disediakan oleh jenis tanaman lain.
            Seperti yang sudah diterangkan oleh Abdulhay dan Sulaiman ketentuan-ketentuan dalam menetapkan tanaman untuk ditumpangsarikan salah satunya yaitu hindari kombinasi tanaman yang intensitas perakarannya relatif sama.Jadi tumpang sari antara tanaman kedelai dan jagung paling cocok untuk ditumpangsarikan karena intensitas perakaraannya relatif berbeda.Tanaman kedelai merupakan tanaman dikotilyang bijinya berkeping dua yang memiliki akar tunggang yang intensitas perakarannya lebih dalam dibandingkan dengan perakaraan tanaman jagung.Sedangkan tanaman jagung merupakan tanaman monokotil yang bijinya berkeping satu yang intensitas perakarannya dangkal (berakar serabut)Sehingga kedua tanaman ini tidak terjadi persaingan dalam memperebutkan unsur hara.
            Ditambah lagi dengan jarak tanam yang telah ditentukan ketika ditumpangsarikan.Dalam memperebutkan unsur hara tanaman jagung yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman kedelai yang memiliki daun panjang yang menyerupai pita,sehingga tanaman kedelai tidak ternaungi.Sehingga kedua tanaman ini tidak saling memperebutkan cahaya matahari.
            Untuk melihat perbedaan pertumbuhan antara tanaman yang monokultur dengan yang ditumpangsarikan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
A.Pengamatan I (25 okt 2011)
A).Kedelai
Perlakuan
komoditi
Parameter (tinggi tanaman)
Sampel  (cm)
Parameter (jumlah cabang)
Sampel  (bh)
1
2
3
4
1
2
3
4
Monokultur
Kedelai
25
23
20
24
-
-
-
-

tumpangsari
kedelai
20
22
23
-
-
-
--
-

B.Jagung
perlakuan
komoditi
Tinggi
(cm)
Daun terpanjang (cm)
Lebar daun
(cm)
Jumlah daun
(cm)
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4

Monokul.
Jagung
39,5
74
43
72
26
55
36
44
1,67
4,2
2,87
3,67
5
4
3
4

Tumpangs.
jagung
57
73
65
-
44
54
42
-
3,3
4,17
3,13
-
4
5
4
-


B.Pengamatan vegetatif ke II (1 okt 2011)
A.Tanaman kedelai

Perlakuan
komoditi
Parameter (tinggi tanaman)
Sampel  (cm)
Parameter (jumlah cabang)
Sampel  (bh)


1
2
3
4
1
2
3
4


Monokultur
Kedelai
36
29
39
41
-
2
1
1


Tumpangsari
kedelai
39
31
25
-
1
3
2
-

perlakuan
komoditi
Tinggi
(cm)
Daun terpanjang (cm)
Lebar daun
(cm)
Jumlah daun
(cm)
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4

Monokul.
Jagung
78
98
69
100
45
85
59
77
3,5
5,7
6,2
7,3
6
5
5
5

Tumpangs.
jagung
83
97
99,6
-
53
75
65
-
5,3
5,67
7,7
-
6
6
7
-



C.Pengamatan vegetatif ke III (8 okt 2011)
A.Pengamatan tanaman kedelai
Perlakuan
komoditi
Parameter (tinggi tanaman)
Sampel  (cm)
Parameter (jumlah cabang)
Sampel  (bh)
1
2
3
4
1
2
3
4
Monokultur
Kedelai
47
48
45
50
1
4
2
2
Tumpangsari
kedelai
50
51
60
-
3
5
3
-


B.Pengamatan vegetatif tanaman jagung
Perla-
kuan
komoditi
Tinggi
(cm)
Daun terpanjang (cm)
Lebar daun
(cm)
Jumlah daun
(cm)
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4

Monokul.
Jagung
106
145
121
160
78
93
70
88
7,0
8,6
9,8
10,5
7
8
7
7

Tumpag
sari
jagung
139
144
133
-
90
68
48
-
7,9
2,9
3,4
-
8
7
8
-



           




2.Pengamatan generatif tanaman
A.Tanaman kedelai
1.Jumlah polong per tanaman
Rata-rata jumlah polong pertanaman
àmonokultur = 96,54 polong per tanaman
àtumpangsari =73,98 polong prt tanaman
2.Jumlah biji per polong
Rata-rata jumlah biji per polong dari tanaman sampel
àmonokultur =3 biji per polong
àtumpangsari =2 biji per polong
3.Berat 100 biji
àmonokultur = 13,18 gr
àtumpangsari =12,46 gr
4.berat biji per tanaman
Ditimbang pada saat kadar air 14%
àmonokultur = 35,586 gr
àtumpangsari =18,19 gr
5.produksi per plot

àmonokultur =

àtumpangsari =












B.pengamatan pertumbuhan generatif
1.Panjang tongkol
Diukur mulai dari pankal sampai ujung tongkol
àmonokultur =
àtumpangsari =
2.Diameter tongkol
Diukur dari diameter tongkol yang bagian tengah yang berukuran besar dari lingkar tongkol
àmonokultur =
àtumpangsari =
3.Berat 100 biji
Ditimbang pada saat kadar air 14%
àmonokultur =
àtumpangsari =
4.produksi pipilan kering per plot
Pipil jagung secara terpisah,kemudian timbang berat per tanaman dikalikan dengan jumlah populasi salam satu populasi
àmonokultur =

àtumpangsari =















            Pola tanaman merupakan suatu kunci strategis sebagai usaha meningkatkan produksi pangan,kesempatan kerja dan pendapatan pada daerah yang langka lahan pertaniannya serta kelebihan tenaga kerja.Sedangkan yang dimaksut dengan pola tanam adalah suatu sistem petanaman yang diusahakan diatas sebidang lahan dalam periode waktu tertentu dengan mengatur jadwal dan pola pertanamannya (crooping pattren),baik semusim ataupun setahun yang berdasarkan ketersediaan dan distribusi dan kebutuhan air guna memperoleh hasil yang maksimal.
            Jadi pola tanaman dengan menumpangsarikan tanaman jagung diantara tanaman kedelai juga dapat memperoleh hasil produksi yang maksimal.Pola tanam tumpangsari memberikan kesempatan kepada petani untuk mengurangi seriko kegagalan usaha pertaniaanya.jika salah satu komoditi gagal dalam pembudidayaan,atau atau tanamannya banyak diserang oleh hama dan penyakit,dapat digantingan oleh tanaman yang diselakan,sehingga petani tidak merasa terlalu dirugikan.
            Berdasarkan dari data pertumbuhan vegetatif dan generatif kedua tanaman baik perlakuan yang dimonokulturkan maupun yang ditumpangsarikan.Awalnya dilihat dari perlakuan monokultur tanaman kedelai,pertumbuhan vegetatif tanaman ini tumbuh dengan baik sedangkan produksi per plotnya sedikit diatas produksi per plot dari perlakuan tumpangsari.Ini disebabkan oleh jumlah populasinya yang lebih banyak dibandingkan dengan populasi tumpang sari.
            Sedangkan perlakuan tumpangsari pertumbuhan vegetatifnya hampir sama dengan perlakuan monokultur.Ini membuktikan bahwa antara tanaman kedelai dengan tanaman jagung persaingan dalam mendapatkan ruang/tempat tumbuh serta persaingan dalam memperebutkan unsur hara tidak terjadi.Mesti masih ada sedikit tanaman kedelai yang pertumbuhannya ternaungi.Ini disebabkan oleh pada praktek kali ini lokasinya berada di bawah pohon,serta didampingi oleh perlakuan kelompok lain yang ikut menanam,sehingga ada beberapa tanaman yang ternaungi.



IV.KESIMPULAN
            Penanaman secara tumpang sari dapat meningkatkan hasil dan pendapatan dengan pemilihan tanaman yang sesuai,penggunaan varietas yang berproduksi tinggi dan penggunaan kerapatan tanaman tanaman yang tepat.Kombinasi yang memberikan hasil yang baik pada sistem tumpang sari adalah tanaman dengan mahkota daun yang berbeda.Misalnya jenis tanaman yang rendah dan jenis tanaman yang tinggi,yang memungkinkan distribusi sinar lebiih efisien
            Keuntungan dari sistem tumpangsari adalah
1)Efisien tenaga lebih mudah dicapai karena persiapan tanam,pengerjaan tanah,pemeliharaan lahan,pemupukan dan panen lebih mudah ditaksir.
2)Banyaknya tanaman per hektar mudah diawasi dengan mengatur jarak diantara dan didalam barisan.
3)Resiko kegagalan kurang dibandingkan dengan monokultur
4)Dapat memberikan produksi tertinggi karena penggunaan lahan dan cahaya lebiiih efisien
            Salah satu keberhasilan dalam pola pertanaman tumpangsari adalah penentuan jarak tanam yang tepat antara tanaman yang dikombinasikan,hal ini akan berpengaruh terhadappersaingan atu kompetisi dua tanaman dalam memamfaatkan sumber daya alami secara terbatas.
            Sistem tumpangsari jagung dengan kacang-kacangan merupakan pilihan yang ideal dan banyak diusahan petani.Hal ini dapat dibuktikan dengan pola tumpangsari dapat memperkecil kegagalan dalam berusaha.










V.DAFTAR PUSTAKA
Baharsjah,J.1980
              Pengaruh Naungan Pada Berbagai tahap Perkembangan Dan Populasi
Tanaman Terhadap Produksi Dan Hasil Kedelai (Glycine max (L.) Merr.). Tesis Doktor. Fakultas Pasca Sarjana.Institut Pertanian Bogor.Bogor
Elita,Nelson,dkk.2011
              Buku Kerja Praktek Mahasiswa.politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh.Payakumbuh.69 hal
Suyuti,Z.,M.S.Pandang dan F.Bahar.1977
              Pengaruh Waktu Tanam Jagung Terhadap Populasi Pada Intercropping jagung dengan kacang-kacangan.Departemen Pertanian.Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.LPPP.Bogor.5 hal
Syafrifuddin,A.,A.Djauhari,A.Saefuddin dan J.Lmclnto.1974
              Pengaruh Varietas.Populasi dan Jarak Tanam Jagung Dalam Tumpang Sari dan Kacang-Kacangan.Laporan Kemajuan Penelitian.Seri Pola Bertanam.74/75 LPPP.Bogor.7 hal